Tiap-tiap bulan Mas Seno meluangkan saat-saat untuk kembali melepas rindu. Mas Seno figur lelaki yang bertanggungjawab serta perhatian dengan keluarga. Tiap-tiap tanggal muda ia sering kali mentransfer uang untuk kepentingan saya serta anakku. Sedikit uang yang Mas Seno kirim, sebulan ia memberikan saya 25 juta. Saya dapat lakukan pembelian barang apa yang saya kehendaki.
Perawatan sering kali jadi nomer satu, untuk mengawal tampilan karena saya masih tetap muda. Mesti masih cantik serta fresh. Meskipun tubuhku yang sexy ini jarang dijamah suamiku. Mas Seno bahagia sekali hidup denganku, saya bisa memberi kenikmatan sex untuk dia. Akan tetapi Mas Seno tenaganya sudah tidak sekuat dahulu, mudah loyo serta lelah.
Sangat sekali saja sudah terasa senang, meskipun sebenarnya saya tidak nikmati kenikmatan dari Mas Seno. Rasa-rasanya cemplang berkaitan sex dengan Mas Seno, tetapi kehendaki bagaimana kembali ini sudah kewajibanku. Ditambah lagi Hanya sebulan sekali pulangnya, bagiku kenikmatan seksku sangat menyusut. Hiburanku selalu bermain dengan rekan-rekan ngemall serta pergi kemana saja.
Tiap-tiap jalan dengan rekanan rasa-rasanya ngiri semua cerita mengenai suaminya, sesaat suamiku jauh dari sana. Terkadang temanku seringkali mengolok-olok saya , akan tetapi yasudahlah itu selalu gurauan sekejap. Pada saat itu Mas Seno tidak bisa pulang seputar 3 bulan karena dari sana tengah menunggui tumbuhan sawitnya. Saat 3 bulan itu terasa 3 tahun, selalu meteri yang saya bisa.
Batinku tertekan karena tetap jauh kepentingan akan sex saya tidak terlampiaskan. Saya jemu semasing hari saya pergi dengan temanku. Temanku memiliki nama Hendra, ia dahulu rekanan sekolah saya. Ia masih tetap bujang belumlah menikah, anda amsih sering WA atau BBM-an. Serta selalu ia yang sering kali miliki saat-saat kosong untuk saya. Mungkin kegiatannya selalu berkuliah serta nokrong, namanya anak muda.
Ia jadi rekanan sharing saya, ia tahu semua keluh kesah saya. Terkadang jika berjumpa dengan Hendra saya memerintah anakku supaya tidak menimbulkan fitnah. Anakku juga begitu terlatih dengan Hendra. Sangat saya ke kafe atau ke timezone misal putriku turut denganku. Setiap saat berjumpa saya tetap menceritakan rumah tangga saya dengan Mas Seno.
Waktu itu Hendra tetap menyerahkan saran agar saya sering kali sabar. Memang tidak baik misal berumah tangga akan tetapi tidak menetap serumah. Ingin bagaimana kembali saya tidak bisa hidup di Kalimantan. Waktu itu Hendra mengajakku pergi tonton, saya bergegas pergi untuk meghilangkan capek. Kita tonton film romantic, terasa masih tetap zaman pacaran saja.
Hendra memang tipical cowok yang romantic tetapi sampai sekarang ini ia masih tetap asik jomblo. Sesudah film selesai saya serta Hendra kembali pada rumah. Besok Hendra mengajakku pergi ke puncak dengan anakku. Ya tidak papah sich asal sama anak saya kehendaki saja. Sesampainya di tempat tinggal saya bersiap-siap packing untuk besok.
Esok harinya saya sudah siap-siap untuk pergi liburan ke puncak. Saya sudah ijin dengan Mas Senp, akan tetapi saya menyengaja menutupi misal saya pergi dengan Hendra. Sebetulnya tidak ada apa-apa Hanya saya fobia mas Seno berprasangka jelek pada ku. Saya, putriku serta Bik Sumi pergi ke arah rumah Hendra. Terlihat Hendra telah menantikan di muka tempat tinggal dengan membawa tas ransel.
Tampilan anak muda kece sekali saya juga tidak kehendaki kalah dong,
“ayo Hen anda pergi..”
“Iya Karin nantikan sesaat kameraku ketinggalan..”
etelah semua telah siap saya serta Hendra ke arah puncak, perjalan saat 3 jam dari rumah. Selama perjalanan putriku diam tidak menangis nampaknya ia sangat bahagia. Ia serta Bik Sumi tertidur nyenyak karena jalan macet keseluruhan,mungkin karena hari libur. Sesampainya di villa pas jam 1 siang, Hendra pesan kamar 1,
“loh Hen kok Hanya pesan kamar satu sich..?”
“kan satu Villa ada dua kamar di dalamnya Rin, dibanding sewa banyak kamar kan sayang buang uang..”
“ Oh begitu yah, yaudah, hhe… ”
Sesudah kunci diserahkan kita berempat ke arah kamar. Memang benar apakah kata Hendra masuk ke kamar ada ruangan tamu bed 2. Serta di ada ruang 1 kembali untuk Hendra tidur. Saya, putriku serta Bik Sumi istirahat di dua bed depan. Ya okelah, anda siap liburan 2 hari di tempat ini. Hawa yang sangat dingin membuat putriku cuma membisu di kamar ditemani Bik Sumi.
Saya serta Hendra pergi untuk rasakan panorama serta ke kebun teh. Hendra bertingkah laksana suamiku jadi teringat mas Seno. Jalan ke kebun teh sangat jauh keringat mengalir turun membasahi pipiku. Tidak diduga Hendra mengelus keringatku. Saya terdiam serta memandangi Hendra. Dalam hati bicara perhatian sekali sama saya, pakai mengelus keringat serta menggandeng tanganku waktu berjalan.
Saya terikut kondisi serta rasakan udarab yang sangat dingin ini. Saya serta Hendra berdiri di warung pinggir disana jual minuman hangat dan jagung bakar yang ciri khas. Saya berhenti di warung itu istirahat sesaat,
“kamu sudah ijin sama suami anda kan Rin..?”tanya Hendra.
“sudah..ia mengizinkan kok..”
“yasudah bermakna aman tidak akan muncul permasalahan, lama sekali Mas Seno tidak pulang Rin..”
“iya Hen lama sekali, kangen sich tetapi kehendaki bagaimana kembali. Ingin sekali nyusul akan tetapi saya kurang cocok dari sana, saya harus bersabar menantikan suamiku kembali serta saya harus menyokong rasa……..”
“rasa apakah Rin..”
“enggak kok..Hen biasa suami istri juga perlu berkaitan seperti pasangan..”
“walaupun saya belumlah menikah saya tahu kok Rin apakah yang anda tujuan..”
Dengan sedikit malu saya memandang muka Hendra. Saya sharing mengenai pribadiku, ia mengetahuinya. Ia membelai rambutku sekalian menyerahkan pemahaman. Rasa-rasanya nyaman sekali tengah di samping Hendra. Cocok kembali sharing Hendra mendekap ku dengan tidak diduga, saya sangat terperanjat. Saya berpikiran mungkin selalu pelukan seseorang kawan saja.
Waktu makin sore, saya harus kembali pada villa. Sampai di kamar putriku sudah tertidur nyenyak. Saya membersihkan tubuh mandi agar tampak fresh. Dengan kenakan pakaian enjoy laksana rok pendek serta saya bersolek. Sesudah mandi saya serta Hendra duduk di ruangan Tv anda bercanda. Ia sampai menggelitik saya sampai saya ketawa keras.
Saya sudah mengantuk , saya pergi ke tempat tidurku. Hendra masih tetap melihat tv, larut malam Hendra mendekati tempat tidurku. Ntah malam itu, ia istirahat disampingku unik selimutku. Saya benar-benar sangat terperanjat. Walau sebenarnya selain saya ada Bik Sumi, saya takut misal mereka terjaga melihat saya istirahat dengan Hendra,
“Hen, apaan sich kok istirahat di tempat ini..”
“aku ingin rasakan malamku bersamamu Rin,..”
“jangan Hen saya sudah berkeluarga saya tidak mungkin menghianati Ma Seno..”
“sudahlah tidak bisa menampik saya tahu anda rindu usapan lelaki kan?”
Hendra langsung hirup kening saya lalu bibir saya ia kecup. Walau sebenarnya samping bed saya ada putri serta pembantuku. Rasa-rasanya tidak tenang sekali,
“pindah di kamar saya yuk Rin..”
Tiada berpikir panjang Hendra menggendong saya ke arah kamarnya. Ntah apakah yang akan dikerjakan Hendra saya sangat terikut situasi. Seperti biasa ia bercanda saya sering kali digodanya. Seperti suami istri yang tengah bergurau di ranjang. Kembali mendekap saya dengan erat, saya yang memakai lingeri tiada bra seolah payudaraku melekat di dada Hendra.
Gairah nafsuku ada dengan tidak diduga, Hendra hirup bibirku dengan sangat . Lingeriku terungkap tampak pahaku yang mulus. Begitu nafsu ciuman Hendra, saya terikut serta menjawab ciuman itu. Hendra buka lingeriku saya selalu ikuti saja. Payudaraku menggantung kencang Hendra tampak makin semangat.
Tangannya siap menerkam payudaraku ini, saya ditidurkan. Tangan Hendra meremas payudaraku, ia berusaha menghidupkan gairah seksku. Mulut hirup serta mengulum putting susuku. Tangan kanan mainkan jemarinya memutar putting serta meremas-remas,
“aku horny sekali Hen…”
“tenang saja Rin saya akan puasin anda malam hari ini..”
Selalu membuat ku makin horny, ke-2 payudara ia mainkan sangat lama. Enak sekali permainan Hendra malam hari ini. Hendra mencungkil payudaraku, ia melepas celananya. Terlihat dari dalam celana dalam penis Hendra tegak berdiri,
“buka sekalipun dong Hen…”
Hendra menuruti perintahku, serta wowww penis yang terbesar berbulu lebat. Hendra buka celana dalamku, kakiku ia membuka lebar. Selakanganku ia jilat sampai tubuhku menggeliat karena nikmat. Tangannya pulang bermain dimemekku yang besar yang rimbun akan bulu-bulunya,
Panorama yang begitu estetis melawan Hendra untuk selekasnya memainkannya. Tangannya buka lipatan-lipatan memekku. Dibuka lebar serta ia berusaha mencari lubang memekku itu. Ia mengairi memekku dengan mengecup ujung luar lubang itu. selalu ia kecup sampai saya basah, keluar cairan. Akan tetapi Hendra makin energik cairan itu tidak dihiraukan meleleh ,
“ahhhh..ahhh…Hend ciumi kembali Hen..kecup kembali lubang memekku” beberapa kata itu keluar dari mulutku.
Begitu lama ia mainkan saya, sampai saya tidak dapat. Hendra pulang k etas hirup bibirku, dadanya bergesekan dengan payudaraku sesaat penis bergesekan dengan memekku. Nafsu birahi itu selalu mencapai puncak. Sampai waktunya Hendra mengusahakan masukkan Penisnya,
“akkkhhhh…akkkhhh…masuk kembali selalu ke Hen terus….”
1/2 batang penis masuk , “ohhhhh…ooohhh… kembali Hen selalu dorong penismu masuklagi.. “ahhhhhhhhhhhh…..telah masuk Hen mari Hen mainkan di dalam”
Hendra mengocok kemaluannya di, maju mundur gerakannya. Keringatku mengalir turun membasahi tubuhku. Hendra melihat payudaraku terlihat montok, ia tidak dapat memandangnya. Sekalian mainkan penisnya, mulut Hendra mengecup putting susuku yang berwarna kecoklatan,
“ouughhh nikmat ougghhhh…..” hendra selalu menggoyangkan beberapa gerakan nikmat.
Saya memeluknya erat serta tidak dapat saya menerbitkan cairan kembali,
“Hen saya keluar nih..kembali Hen membuat basah kembali..” saya sering kali minta lebih Hendra juga sering kali menanggapi permintaanku. Saya sudah pasrah serta begitu rasakan goyangan penis Hendra di lubang kenimatanku,
“aku sudah tidak tahan keluarin ya Rin..”
“croooottt..crrrrooottt…crroooottt…”
Hendra menyemprotkan cairan pas di luar cocok dimuka lubang memekku. Nikmat sekali rasa-rasanya sudah lama tubuhku ini tidak disentuh pria. Hendr amengambil tisu membersihkan tubuhku. Saya tergeletak lemas Hendra mendekatiku coba menyerahkan selimutnya. Hawa yang dingin membuat gairahku ada kembali,
“Hen kembali dong..”
Tiada bersuara Hendra membelai payudaraku, putting ia putar-putar memang menyengaja menggairahkanku kembali. “enak sekali Hen..kecup dong agar semakin nikmat..” mengecup putingku sangat lama, di belahan dadaku ia mengecup sampai ada sinyal bibir merahnya.
“aku bisa tidak emut penismu..”
“boleh Rin apakah saja bisa anda saling nikmati..”
Hendra tergeletak saya yang memainkannya, saya kocok penisnya sambil mulutku mengecup penisnya. Tidak lama membuat penis Hendra berdiri, gampang sekali deh. Saya mengulum dengan semangat, penis yang panjang itu tidak masuk seutuhnya di mulutku,
“ahhhhh..ahh Rinn” Desahan Hendra sekalian kurangi kepalaku agar lebih dalam mengulum penisnya.
Sebab sangat nikmat Hendra tidak dapat pada akhirnya keluar kembali sperma itu. “croooottt..crooooott…” mengairi mulutku, banyak serta sedikit asin saya telan beberapa. Kesenangan sendiri bagiku nikmati sperma pria. Saya serta ia tidak tahan telah sangat lelah. Kita istirahat berdua di ranjang dengan tempat masih tetap telanjang.
Baca Juga : Cerita Dewasa Ngentot Bisa Dapat Rumah
Tangan Hendra tidak terlepas dari dekapan ia selalu memelukku mencengkeram payudaraku seolah tidak kehendaki saya tinggalkan. Sampai anda tertidur nyenyak, alarm berbunyi pas jam 5. Saya menghidupkan Hendra untuk mandi. Saya serta ia mandi bersama dengan di bath up, disana anda masih sempat ngeseks di air. Sesudah itu saya bergegas menghidupkan Bik Sumi untuk pulang.
Jam 8 anda chek in dari villa, saya meluangkan pergi ke taman agar putriku bermain dari sana. Waktu makin senja saya menagajak Hendra pulang. Selama perjalanan kembali saya selalu menilik peristiwa tadi malam. Mulai sejak itu saya merajut jalinan dengan Hendra. Bik Sumi pun tahu hubunganku, karena Hendra sering bermalam di rumahku. Perselingkuhan berjalan sampai Mas Seno wafat serta saya menikah resmi dengan Hendra.
Jam 8 anda chek in dari villa, saya meluangkan pergi ke taman agar putriku bermain dari sana. Waktu makin senja saya menagajak Hendra pulang. Selama perjalanan kembali saya selalu menilik peristiwa tadi malam. Mulai sejak itu saya merajut jalinan dengan Hendra. Bik Sumi pun tahu hubunganku, karena Hendra sering bermalam di rumahku. Perselingkuhan berjalan sampai Mas Seno wafat serta saya menikah resmi dengan Hendra.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.