saya perkenalkan diri dahulu. Namaku Scih, 28 tahun. Tampangku biasa saja dengan kulit sawo masak. dengan tinggi 170 cm serta berat 70 kg. Pembaca mungkin menduga saya gendut.
Itu benar-benar tidak pas sebab saya rajin fitness sampai otot2ku juga tercipta meskipun bukan sekekar Ade Rai. saya kerja di satu perusahaan swasta di kotaku. saya tinggal di kota kecil dibagian Barat pantura Jawa Tengah. Serta saat ini saya masih tetap menyandang predikat jomblo. Akan tetapi saya tetap santai menjalaninya.
Sabtu yang lalu itu tidak seperti umumnya. Saat itu teman2 yang beberapa jomblo haha (mungkin saya butuh membuat perkumpulan Jomblo Merana, wikwikwik) tidak keliatan batang hidungnya.
Saya yang nungguin wisma sendirian pada akhirnya hanya dapat duduk sekalian menyedot rokok putih dalam teras depan rumah lantas bersihkan mata pada cewe-cewe yang melalui di jalan kepil rumahku. Tidak berasa jam telah tunjukkan jam 11 malam. Perasaan kantuk sudah mulai menyerang. saya walau bergegas masuk ke graha. Demikian ingin membuka pintu, saya dikagetkan nada kendaraan yang direm mendadak.
Spontan saya simak ada yang berlangsung. Nyatanya seseorang wanita kira2 berusia 40 tahunan turun dari becak lalu membayar biaya di abang tetua. saya masih tetap terpaku lihat apakah yang akan dikerjakan oleh wanita dengan kulit sawo masak & wajahnya sensual itu.
Tingginya kurang lebih 160 cm dan beratnya mungkin 60 kg dengan payudara yang besar kira2 36C serta pantat yang gede juga dan perut yang tidak rata kembali. Wanita itu menggunakan pakaian terusan bersama rambut digelung ke atas meningkatkan kesensualannya. Tiada dikomando penisku kembali berdiri tegang.
“Permisi…”, respon lembutnya membuyarkan lamunanku. “Eh…iya, Bu…”, jawabku sekenanya. “Pak Atmonya ada? ” saya jadi bingung karena nama orang tuaku bukan Atmo. Secara cepat saya baru sadar jika rumah yang saya menempati sekarang ini terlepas ialah punya Pak Atmo yang saat ini biasa geser pada kota di propinsi Jawa Tengah sisi Selatan.
Pada akhirnya saya terangkan kepadanya mengenai kondisi sekarang ini. Ia juga bingung senang ke manakah olehkarena itu bukan ada sanak sodara dalam metropolis ini. Lalu saya persilakan masuk wanita itu di ruangan tamu.
Sesudah lewat pembicaraan singkat bisa kuketahui jika wanita itu bernama TuFira, sepupu Peti Atmo dibanding Boyolali serta saya tahu jika ia sudah hidup menjanda saat 10 tahun sejak kematian suaminya.
“Dik Scih, ibu sekarang ini resah ingin tidur dimana. Lha wong telah yang lalu berikut. Ingin meneruskan perjalanan tetapi tidak ada kendaraan kembali, ” pada akhirnya kebingungan. “Sudahlah Bu Fira…Ibu sesaat menginap di sini dahulu. Besok Ibu bisa ke tempat Pak Atmo, ” saya coba menenangkannya sekalian mataku mencuri-curi pandang mengarah gundukan pada dadanya yang membusung itu.
Tahu hal tersebut Ibu Fira oleh karenanya salah tingkah sekalian tersenyum penuh makna. Pada akhirnya Bu Fira sepakat untuk menginap di rumahku. saya buat persiapan kamarku untuk tidur Ibu Fira. saya juga buatkan teh panas untuk beri kesegaran suhu tubuhnya tubuhnya. Lalu saya persilakan Bu Fira untuk bersihkan tubuh dahulu di kamar mandi.
saya menanti dengan melihat tivi dalam ruangan tengah. Bayangan badan montok Ibu Fira jadikan burungku oleh karenanya semakin hidup keras. Ditimpali nada kecipakan air pada kamar membersihkan terdengar dari tempatku.
“Mas Scih…” saya dikagetkan panggilan Bu Fira dari kamar mandi. “Iya Bu… Ada apakah? ” saya selekasnya ke arah ke kamar sehat. “Ibu lupa tidak bawah handuk. Ibu bisa pinjem handuk mas Scih? ” terdengar talun Bu Fira dari balik pintu lubang mandi. “Boleh kok, Bu. Saya ambilkan dahulu ya bu, saya mengambil handuk di jemuran belakang.
“Ini Ibu handuknya” perlahan-lahan pintu ruangan mandi di buka oleh Bu Fira. saya berikan handuk ke tangan Bu Fira yang meraih dari sembuh pintu. Tidak kusangka sodoran tanganku sangat keras hingga menggerakkan pintu terbuka lebar sampai badanku terhuyung ke melekat turut masuk ke kamar mandi. saya menubruk awak Ibu Fira.
Saya peluk jasad bugil Bu Fira supaya saya tidak jatuh. Bu Fira juga memeluk tubuhku erat-erat supaya tidak terpeleset. “Aahhh…”, Bu Fira menjerit mungil. saya rasakan buah dada bu Fira yang raksasa itu dalam pelukanku. Penisku langsung tegang tentang perus Ibu Fira. Beberapa menit kami terdiam.
“Ih, raka Scih kok meluk saya sih…” tuturnya manja tiada melepas pelukannya padaku. Wajahku merah padam. saya bukan dapat sembunyikan hasratku yang meletup-letup. “Kaalauu…akkuu lepass …nantii akku simak ibuk Fira telaanjaang donggg.. ”, jawabku terbata-bata dengan nafas tersengal meredam gejolak birahi. saya tekan-tekan penisku yang tengah terbungkus celana di perutnya.
“Aacchh…sungguh nikmat sangat, ” batinku sebab saya fresh pertama-tama ini menyikap wanita dalam kondisi telanjang bundar. “Burung mas Scih nakal…” tuturnya manja dan tangannya merogoh penisku dibanding balik celana training yang saya gunakan. Dielus & dikocoknya renek penisku. “Ouuugghhh…” saya cuma dapat mendesah.
“Burung Mas Scih besar sekali…” saya tidak tahu apa dengan panjang 16 cm dan diameter 4 cm itu penisku termasuk juga besar, entahlah mungkin Bu Fira awal mulanya cuma tahu penis di bawah ukuranku. & saya juga agar tidak tinggal diam. saya remes-remes teteknya yang gede itu sekalian saya emut putingnya.
“Mmmhhh… enak sekali mas…” Tangan kiriku sinambung turun ke vaginanya yang mulai basah itu. saya gesek-gesek dengan jariku serta saya mainkan klitorisnya…
Dengan desahan hanya itu yang dapat Ibu Fira masih mengocok penisku dengan perlahan. “Mas…Mas Scih…. saya wis ora kuat…. ” suaranya parau “Masukin saat ini ya, Mas…. ”
saya jadi bingung sebab tidak pernah ml awal mulanya. Dengan malu-malu saya juga beranikan muncul menanyakan, “Bu, triknya bagaimana? ” Bu Fira tersenyum genit. “Oh mas Scih masih tetap bujang tong-tong to? ” Lantas Bu Fira membalikan badannya dengan berpegangan pada bak mandi Ibu Fira ambil tempat nungging.
Saya yang sudah tidak sabar pas mengarahkan penisku ke vagina yang warna merah merekah bersama rambut kemaluan yang tercukur rapi tetapi tidak berhasil karena saya tidak paham lubang kesenangan itu. “Sini mas Scih agar saya bantu…” Bu Fira yang memahami keadaanku langsung menyamber baur penisku lalu diarahkannya di lubang vaginanya.
Kepala penisku menyentuh bibir vaginanya. Oouugghhh… benar-benar kesenangan yang mengagumkan yang pertama saya rasakan. Lalu saya dorong penisku ke pada vagina Bu Fira. Cukup sulit memang. “Mas…pelan-pelan. saya sudah lama bukan kaya gini…” nada Ibu Fira terdengar lirih ketahan.
“Ooohhhh…. masss…. mmmhhhh…. ” cuma itu yang keluar dari mulut Ibu Fira. saya rasakan sensasi yang begitu luar biasa…
Dan belumlah ada 30 kocokan saya mendapatkan akan memuntahkan spermaku. Saya percepat sodokan-sodokan perlahan-lahan penisku ke vagina Bu Fira. Dengan pergerakan yang luwes Ibu Fira memutar-mutar pantatnya menyeimbangi sodokanku.
Lihat goyangan pantat Bu Fira yang erotis itu saya makin tidak mampu tutup laju spermaku. saya percepat sodokanku…. dan… “Ooouuugggghhhh….. ” saya tekan kuat2 penisku sampai menyentuh basic rahim Bu Fira. “Crrootttt….. ccrrrooottt…. cccrrottt…. ” penisku menyemburkan sperma sekitar 15 kali ke tempik Ibu Fira.
Goyangan-goyangan panas pantat Bu Fira menemani siraman spermaku. “Oooohhhhh…. ” saya terkulai lemas. saya dekap uci-uci Bu Fira dari besok dengan tangan meremas2 tetek Bu Fira yang gede walopun telah cukup kendur. Sesaat penisku yang masih tetap tegang terbenam di vagina Bu Fira yang enak itu. Nafas kita tengah tersenggal-senggal. Lama abdi terdiam menghayati sisa-sisa kesedapan yang barusan dilewati.
“Mas Scih…. ” Ibu Fira lembut memanggilku. “Udahan dahulu benar-benar Mas.., saya lelah mengagumkan. saya tujuan istirahat dulu”. saya dapat mengerti keadaan badan Bu Fira sesudah lakukan prosesi panjang.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.